Rabu, 16 Oktober 2013

Tulisan 4_Bahasa Indonesia 2


BI Rate 7,25%, Bunga Kredit Capai 2 Digit

JAKARTA - Demi menyelamatkan nilai tukar Rupiah dari tekanan dolar Amerika Serikat (AS) Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya di kisaran 7,25 persen. Namun, kebijakan tersebut seperti pedang bermata dua.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (Iwapi), Nita Yudi, menyampaikan, kebijakan BI untuk menaikkan BI rate bukan pilihan terbaik untuk menekan inflasi. Sebaliknya, dampak dari kebijakan tersebut justru menyakiti para pengusaha kecil-menengah yang menjadi nafas perekonomian Indonesia.

"Kalau BI rate dinaikkan maka kredit juga akan naik. Lalu, siapa yang mau jadi pengusaha kalau bunganya tinggi?"  kata dia kepada Okezone, Selasa (15/10/2013).

Menurutnya, saat ini para pengusaha tersebut kesulitan untuk mengajukan kredit. Hal ini lantaran bunga kredit tersebut, terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan returnya.

"Sekarang saja bunganya masih dua digit, ini harus turun jadi satu digit. Di China, suku bunga kreditnya hanya mencapai 5 persen. Kita tidak usah 5 persen lah, 7 persen saja syukur," tukas dia

Sekadar informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan BI alias BI rate sebesar 25 basis poin (bps) pada September. Dengan demikian, maka BI rate sudah berada di kisaran 7,25 persen. ()

Sumber:

Opini:
Menurut saya ketika BI Rate naik, suku bunga bank akan naik dan akan ada peralihan dana dari pasar modal ke perbankan. Perusahaan-perusahaan debitur akan merasa beban semakin berat, laba juga bisa ikut menurun.
Faktanya, di satu sisi uang yang masuk ke bank meningkat akibat ketertarikan nasabah akan bunga yang tinggi, tetapi di sisi lain bank akan sulit menyalurkan dana tersebut. Akan ada penurunan permintaan. Fungsi penyaluran kredit menjadi kurang berjalan (terhambat). Padahal kalau dilihat fungsi bank itu menyalurkan kredit dari dana yang ditempatkan di bank tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post-post