BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dampak
buruk krisis ekonomi dunia, yang diawali oleh krisis keuangan di
Amerika, pelan namun pasti mulai dirasakan oleh bangsa Indonesia.
Bayang-bayang pemutusan hubungan kerja dan kebangkrutan industri sudah
mulai terasa akhir-akhir ini. Dampak yang paling terlihat dan terasa
adalah penurunan ekspor sektor-sektor primer, seperti minyak sawit dan
karet, yang selama ini merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada 2009, perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami
kontraksi dan tumbuh sekitar 4,5-5,5 persen (Departemen Keuangan,
2008). Sebuah pertumbuhan yang jauh dari cukup untuk menyerap
pengangguran dan pengentasan masyarakat miskin di Indonesia.
Pemilu 2009 merupakan sebuah demokrasi politik dengan dana triliunan rupiah, dapat menjadi kebijakan countercyclical
yang dapat menstimulasi kegiatan ekonomi di Indonesia. Dampak Pemilu
terhadap perekonomian Indonesia sangat bergantung pada seberapa besar
dana yang dibelanjakan, baik oleh pemerintah maupun calon anggota
legislatif. Keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai sistem suara
terbanyak ikut mempengaruhi jumlah dana yang dibelanjakan dalam Pemilu
kali ini. Keputusan Mahkamah Konstitusi memberikan insentif bagi semua
calon anggota legislatif, baik nomor atas maupun nomor peci, untuk
berjuang keras memperoleh suara terbanyak dengan mengeluarkan dana
kampanye cukup besar.
Perumusan Masalah
Pada pembahasan tulisan ini, kami mencoba menganalisis dampak yang
ditimbulkan dari aktivitas pemilihan umum tahun 2009 terhadap
perekonomian negara Indonesia khususnya pada tingkat pendapatan
nasional, tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran yang akan terjadi
nantinya dengan memberikan solusi berupa saran baik berupa saran
kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal yang akan dilakukan oleh
pemerintah sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi sebuah
pertimbangan pemerintah dalam memutuskan kebijakan dan tindakan.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis
dampak yang akan diakibatakan pada pemilihan umum tahun 2009 terhadap
perekonomian Indonesia khususnya tingkat pendapatan nasional, inflasi,
dan pengganguran.
2. Memberikan solusi berupa saran kepada pemerintah untuk menetapkan kebijakan dan tindakan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pemilu, Pendapatan Nasional, Inflasi dan Pengangguran
Pemilihan umum adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Dalam ilmu ekonomi,
pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
Beberapa konsep pendapatan nasional antara lain adalah produk domestik
bruto (Gross Domestic Product) yang merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam
batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun, produk
nasional bruto (Gross National Product) meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun termasuk hasil produksi barang dan jasa
yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi
tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut, produk nasional neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal, pendapatan nasional neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi, pendapatan perseorangan (Personal Income)
adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam
masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan
apapun, dan pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income)
adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan
jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi (Wikipedia, 2009).
Inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata
lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi (Bank Indonesia, 2008).
Pengangguran
atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64
tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.
Uraian Dampak Pemilu 2009 dalam Perekonomian
Kondisi
ekonomi global yang tertekan dan penuh ketidakpastian menyebabkan
prakiraan keadaan ekonomi khususnya dalam jangka pendek menjadi jauh
lebih sukar. Konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2009. Pemerintah memperkirakan
perlambatan pertumbuhan ekonomi akan terjadi selama semester I/2009 dan
bertahap pulih kembali memasuki semester II/2009. Pola pertumbuhan ini
sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah.
Untuk Indonesia, tahun 2009 adalah tahun Pemilu Kegiatan kampanye
partai akan mencapai puncaknya pada akhir triwulan I dan awal triwulan
II. Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan Pemilu Presiden. Siklus
Pemilu ini akan menambah permintaan dan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan
pengalaman beberapa pemilihan umum sebelumnya, kondisi Pemilu yang
aman akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan berbagai
peralatan maupun atribut yang digunakan partai politik dalam melakukan
kampanye umumnya dipesan dari pengusaha usaha mikro, kecil, dan
menengah. Segala atribut parpol dalam kampanye mulai dari kaos, sablon,
atau penggantian knalpot motor yang digunakan peserta kampanye sebagian
besar merupakan hasil dari UMKM sehingga akan meningkatkan pertumbuhan
perekonomian Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan pengalaman periode lalu, Pemilu 2009 diperkirakan akan
mendorong peningkatan konsumsi yang dialokasikan untuk barang-barang,
seperti makanan, minuman, pakaian, kebutuhan persona, dan juga reklame
atau publikasi kampanye.
Dana
yang bergulir pada Pemilu 2009 diperkirakan mencapai Rp 29-30 triliun.
Dana tersebut berasal dari dana APBN, APBD, dan dana yang terbesar
adalah dana kampanye para calon anggota DPR/DPRD, DPD, dan calon
presiden. Dana anggaran Pemilu 2009 yang berasal dari APBN sekitar Rp
13,5 triliun (Bappenas, 2008). Dana sumbangan pemerintah daerah seluruh
Indonesia (APBD) untuk pembiayaan Pemilu sekitar Rp 1-2 triliun.
Sedangkan dana kampanye calon anggota DPR/DPRD dan DPD seluruh Indonesia
sekitar Rp 14-15 triliun. Berdasarkan data KPU pusat, daftar calon
tetap DPR sebanyak 11.225 orang dan daftar calon tetap DPD sebanyak
1.116 orang. Dengan asumsi dana kampanye Rp 500 juta per calon anggota
DPR dan Rp 1 miliar per calon anggota DPD, akan terkumpul dana sekitar
Rp 6,7 triliun. Sedangkan pengeluaran dari calon anggota DPRD provinsi
(33 provinsi), dengan asumsi 500 calon per provinsi dan Rp 200 juta per
calon, akan terkumpul dana sekitar Rp 3,3 triliun. Sisi lain,
pengeluaran calon anggota DPRD kabupaten (349 kabupaten dan 91 kota),
dengan asumsi 200 calon per kabupaten dan Rp 50 juta per calon, akan
terkumpul dana Rp 4,4 triliun.
Dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian Indonesia adalah sebagai
berikut. Pertama, kegiatan Pemilu 2009 akan mendorong pertumbuhan
ekonomi sebesar 1,08 persen, sehingga proyeksi pertumbuhan tahun 2009
sebesar 4-5 persen tidaklah susah diraih. Kedua, pengeluaran Pemilu
sebesar Rp 30 triliun akan membangkitkan dampak tidak langsung dalam
perekonomian sebesar Rp 28 triliun. Jadi total dampak langsung dan
tidak langsung Pemilu 2009 adalah Rp 58 triliun. Dampak tidak langsung
dihasilkan oleh multiplier effect kegiatan kampanye yang menggairahkan
aktivitas ekonomi. Kegiatan percetakan kertas suara, spanduk, pamflet,
dan bendera tidak hanya akan mendorong peningkatan aktivitas di
sektor-sektor tersebut, tetapi juga meningkatkan aktivitas di
sektor-sektor lain yang berkaitan (backward and forward linkage).
Ketiga, sektor-sektor yang akan mengalami pertumbuhan tinggi adalah
sektor telekomunikasi (7,7 persen), transportasi (5 persen), sektor
industri percetakan/kertas (9,4 persen), sektor industri pakaian jadi
(3,4 persen), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2 persen).
Pertumbuhan yang lumayan tinggi di sektor industri pakaian jadi,
percetakan/kertas, dan sektor perdagangan- hotel-restoran diharapkan
mampu menahan laju penurunan aktivitas sektor-sektor tersebut sebagai
akibat krisis global. Keempat, dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian
di Indonesia sangat bergantung pada alokasi dana kampanye. Kampanye
melalui iklan televisi dan koran memiliki multiplier effect yang
rendah terhadap perekonomian. Selain itu, manfaat ekonominya lebih
banyak dinikmati oleh pengusaha-pengusaha media. Sedangkan model
kampanye langsung turun ke bawah, seperti membagi-bagikan sembako,
kaos, dan pengobatan gratis, menghasilkan multiplier effect yang
tinggi terhadap perekonomian. Para calon anggota DPR/DPRD/DPD
melakukan strategi pemasaran untuk memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat dengan membagikan sembako, memberikan hiburan, adapula yang
membagikan uang saku kepada masyarakat. Hal tersebut tidak lah
menyalahi etika kampanye, karena sebagai salah satu strategi
mempromosikan diri.
Melalui Pendekatan Pendapatan Total
Y=
C + (X-M) + G + I, Pemilu dapat membantu dalam peningkatan pendapatan
nasional negara. Tingkat konsumsi masyarakat merupakan komponen yang
menyumbangkan porsi dominan.
Sumber: LKM, BI 2009
Gambar 2. Pertumbuhan PDB
Konsumsi
rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melemah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut sejalan
dengan perkembangan indicator penuntun konsumsi rumah tangga yang
mengindikasikan siklus kontraksi akan berlangsung setidaknya hingga satu
triwulan ke depan (Gambar 2). Penurunan pertumbuhan konsumsi swasta
pada triwulan laporan diprakirakan seiring dengan melemahnya daya beli
masyarakat akibat turunnya penghasilan dan peningkatan jumlah Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Namundemikian, mulai menurunnya tekanan inflasi
yang disusul dengan implementasi berbagai kebijakan Pemerintah seperti
penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), kenaikan gaji Pegawai Negeri
Sipil (PNS) serta kegiatan Pemilu diprakirakan mampu menahan laju
penurunan pertumbuhan yang terlampau dalam.
Gambar 3. Derivasi kurva IS dan money supply
Berdasarkan
Gambar 3 di atas, dampak dari Pemilu secara langsung maupun tidak
langsung akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi
disertai dengan tingkat transaksi uang yang tinggi sehingga menyebabkan
uang yang beredar di masyarakat atau money supply akan
meningkat. Peningkatan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan suku
bunga turun yang secara tidak langsung akan menyebabkan investasi
semakin meningkat sehingga dengan konsep perekonomian terbukaa dengan
asumsi Cateris Paribus maka pendapatan nasional akan meningkat.
Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan
laporan diprakirakan tumbuh melambat yaitu sebesar 4,1% (yoy).
Peningkatan Sektor Riil
Pemilu berdampak pada peningktan kebutuhan akan perikalanan serta
percetakan. Sehingga ekonomi riiil meningkat sehingga berdampak pada
pendapatan masyarakat secara agregat.
Sumber: BI, 2009
Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi-sisi penawaran
Sektor
industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada
dalam tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). Namun
demikian, perlambatan tersebut diperkirakan akan tertahan oleh
meningkatnya permintaan domestik menjelang Pemilu. Distribusi terbesar
sektor industri masih berasal dari subsektor industri alat angkutan,
mesin dan peralatannya, subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, serta subsektor industri kimia dan barang dari karet.
Sementara itu, penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan sektor industri
pengolahan berasal dari subsektor industri alat angkutan, mesin dan
peralatannya, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta
subsektor industri kimia dan barang dari karet. Di sisi lain, kinerja
subsektor industri yang berorientasi domestik menunjukkan adanya
perbaikan pada awal triwulan I-2009. Perkiraan tertahannya perlambatan
sektor industri pengolahan terlihat dari perkembangan indeks dan
kapasitas produksi subsektor yang berorientasi domestik seperti
subsektor industri makanan, minuman dan tembakau serta subsektor tekstil
yang mengindikasikan adanya peningkatan. Namun demikian, subsektor
yang berorientasi ekspor seperti subsektor alat angkutan, mesin dan
peralatannya, serta subsektor barang galian bukan logam masih
menunjukkan tren penurunan. Sementara itu, indikator dini lainnya
seperti produksi mobil dan speda motor menunjukkan adanya sedikit
perbaikan pada pertengahan triwulan I-2009. Hal yang sama juga
ditunjukkan oleh relatif stabilnya pertumbuhan kredit perbankan yang
disalurkan kepada sektor industri sampai dengan pertengahan triwulan
I-2009. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh
melambat pada triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy). Salah satu faktor
yang mendorong melambatnya pertumbuhan sektor PHR adalah menurunnya
permintaan akibat melemahnya daya beli masyarakat. Namun demikian,
adanya faktor Pemilu diperkirakan dapat meningkatkan
permintaan domestik dan menahan laju perlambatan pertumbuhan sektor
perdagangan lebih lanjut. Indikator dini sektor PHR seperti indeks
penjualan eceran (SPE-BI) juga menunjukkan penurunan pada pertengahan
triwulan I-2009.
Sintesis
Tahun
2009 merupakan tahun demokrasi bagi Indonesia, tahun yang menentukan
para legislatif, yudikatif, dan seorang presiden. Salah satu pesta
demokrasi terbesar di dunia, melakukan transformasi dari era otoriter
menjadi era reformasi demokrasi. Selain tahunnya pesta demokrasi, tahun
2009 hingga tahun selanjutnya merupakan masa sulit bagi Indonesia
karena harus melewati badai krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dunia
mengalami perlambatan, International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan tahun 2009 mengalami perlambatan sebesar 2,2 persen.
Mengadakan
pesta demokrasi di tengah krisis global, merupakan tantangan yang
cukup berat bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Lesunya pertumbuhan
dunia usaha yang mengancam terjadinya PHK besar-besaran. Negara-negara
lain sibuk merencanakan serta mencari solusi menghadapi krisis global.
Indonesia, sibuk menyiapkan pesta demokrasi, apakah pemilu akan
menggangu stabiltas ekonomi atau membantu menjadi pendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Pemilu memerlukan dana yang besar, sehingga expenditure government mempengaruhi
pendapatan total, pemilu pula merangsang masyarakat melakukan konsumsi
saat proses pemilu berlangsung. Akibatnya akan terjadi multifier effect domestic yang tinggi.
Berdasarkan
perhitungan pendapatan agregat, pemilu dapat menjadi penolong
Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Melalui
instrument konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi serta net ekspor
(Y=C+G+I+(X-M)), konsumsi serta belanja pemerintah dapat menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi. Instrument net ekspor (X-M) dan investasi
mengalami penurunan sehingga penompngnya adalah instrument konsumsi
serta pengeluaran pemerintah. Pemilu diharapkan menjadi stimulus dalam
meningkatkan pendapatan nasional. Tingkat konsumsi tidak akan sebesar
pada tahun 2008, tapi dengan pemilu dapat mencegah penurunan tingkat
konsumsi lebih dalam. Laju pertumbuhan ekonomi bakal bertambah besar
seiring dengan meningkatnya konsumsi, terutama yang berasal dari
pengeluaran partai, rumahtangga maupun pemerintah. Melalui pemilu
pertumbuahan dapat ditopang dari konsumsi swasta, pemerintah.
Tabel 2. Pertumbuhan ekonomi-sisi permintaan
Terlihat
dalam Tabel 2 diatas, tingkat konsumsi swasta menurun tapi pengeluaran
pemerintah meningkat. Hal ini sejalan dengan kondisi yang sedang
terjadi, pemerintah gencar melakukan stimulus untuk Sektor usaha
sedangkan swasta mengalami perlambatan pertumbuhan akibat situasi
investasi yang belum pasti.
Terus
memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada
perekonomian domestik selama triwulan I-2009. Hal tersebut
mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat
dari perkiraan. Perlambatan tersebut selain disebabkan oleh kinerja
ekspor yang turun juga dikarenakan mulai melemahnya daya beli
masyarakat. Meski demikian, berlangsungnya aktivitas ekonomi selama
dilakukannya pesta demokrasi dalam rangka Pemilihan Umum, diperkirakan
mampu menahan lebih jauh perlambatan ekonomi domestik. Ke depan, pada
tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan pada ketidakpastian pemulihan
ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih
rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar 4,0-5,0%. Dengan
mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian tersebut, pada
April 2009, Bank Indonesia kembali menurunkan BI rate sebesar 25 bps
menjadi 7,5%. Penurunan BI Rate ini adalah kali kelima sejak Desember
2008. Secara akumulatif (Des 08-April 09), BI Rate telah turun sebesar
175 bps.
Selama
triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar 4,6%. Dari
sisi pengeluaran, seluruh komponen pertumbuhan mengalami perlambatan
terutama ekspor. Namun demikian, aktivitas ekonomi selama
berlangsungnya pesta demokrasi yang ditandai oleh kampanye partai
politik dan pelaksanaan pemilu di seluruh Indonesia, diperkirakan dapat
mencegah perlambatan konsumsi masyarakat yang lebih dalam.
Kecenderungan
penurunan tekanan inflasi terus berlanjut. Tekanan inflasi selama
triwulan I-2009 masih cenderung menurun mencapai 0,36% (secara
triwulanan, qtq) atau 7,92% (secara tahunan, yoy). Penurunan tekanan
inflasi tersebut terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya dampak
langsung dan tidak langsung dari penurunan BBM. Selain itu membaiknya
ekspektasi inflasi serta melemahnya permintaan domestik juga menjadi
penyumbang dari rendahnya tekanan inflasi. Sementara itu, tekanan dari
harga-harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices)
dan harga makanan bergejolak (volatile food) juga masih rendah terkait dengan terjaganya produksi pangan domestik.
Di
pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terus
berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan. Tekanan tersebut
terkait dengan kinerja perusahaan-perusahaan yang belum membaik, dan
masih tingginya persepsi risiko para pemilik modal. Namun, di
penghujung triwulan I-2009, muncul sentimen positif di pasar keuangan
sehubungan dengan bertambahnya cadangan devisa terkait dengan
penerbitan global bond Pemerintah RI, peningkatan jumlah Bilateral Swap
Arrangement (BSA) dengan Pemerintah Jepang, dan penandatanganan
Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan Bank Sentral China.
BAB III
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kita sajikan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami sangat membutuhkan
kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
Kami ucapkan terimakasih.
KESIMPULAN
Dampak
dari Pemilu secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan
konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi disertai dengan tingkat
transaksi uang yang tinggi sehingga menyebabkan uang yang beredar di
masyarakat atau money supply akan meningkat. Peningkatan jumlah
uang yang beredar akan mengakibatkan suku bunga turun yang secara tidak
langsung akan menyebabkan investasi semakin meningkat sehingga dengan
konsep perekonomian terbukaa dengan asumsi Cateris Paribus maka pendapatan nasional akan meningkat.
Selain
itu, Pemilu juga akan berdampak pada inflasi yang dijelaskan ketika
jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat dapat mengakibatkan
daya beli uang semakin rendah yang artinya nilai riil dari uang tersebut
semakin merurun. Kemampuan daya beli nilai riil uang tersebut secara
tidak langsung menurun karena tingkat harga barang semakin meningkat
dengan nilai nominal uang tersebut tetap.
Dampak
positif lain dengan adananya Pemilu adalah penurunan penganguran yang
ada di Negara ini yang disebabkan karena meningkatkanya kebutuhan
tenaga kerja pada sektor riil dibidang makanan, minuman, tekstil, dan
reklame.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi [6 April 2009]
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum [6 April 2009]
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional [6 April 2009]
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran [6 April 2009]
Ø http://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis-macam-pengangguran friksional-struktural-musiman-siklikal [6 April 2009]
Ø http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflation+Targeting/Pengenalan+Inflasi/ [6 April 2009]
Ø http://www.depkeu.go.id/Ind/ [6 April 2009]
Ø Mankiw, N. Gregory. 1990. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar