BI
Rate 7,25%, Bunga Kredit Capai 2 Digit
JAKARTA - Demi
menyelamatkan nilai tukar Rupiah dari tekanan dolar Amerika Serikat (AS) Bank
Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya di kisaran 7,25 persen.
Namun, kebijakan tersebut seperti pedang bermata dua.
Ketua Umum Ikatan
Pengusaha Wanita Indonesia (Iwapi), Nita Yudi, menyampaikan, kebijakan BI untuk
menaikkan BI rate bukan pilihan terbaik untuk menekan inflasi. Sebaliknya,
dampak dari kebijakan tersebut justru menyakiti para pengusaha kecil-menengah
yang menjadi nafas perekonomian Indonesia.
"Kalau BI rate
dinaikkan maka kredit juga akan naik. Lalu, siapa yang mau jadi pengusaha kalau
bunganya tinggi?" kata dia kepada
Okezone, Selasa (15/10/2013).
Menurutnya, saat ini
para pengusaha tersebut kesulitan untuk mengajukan kredit. Hal ini lantaran
bunga kredit tersebut, terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan returnya.
"Sekarang saja
bunganya masih dua digit, ini harus turun jadi satu digit. Di China, suku bunga
kreditnya hanya mencapai 5 persen. Kita tidak usah 5 persen lah, 7 persen saja
syukur," tukas dia
Sekadar informasi,
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan BI
alias BI rate sebesar 25 basis poin (bps) pada September. Dengan demikian, maka
BI rate sudah berada di kisaran 7,25 persen. ()
Sumber:
Opini:
Menurut
saya ketika BI Rate naik, suku bunga bank akan naik dan akan ada peralihan dana
dari pasar modal ke perbankan. Perusahaan-perusahaan debitur akan merasa beban
semakin berat, laba juga bisa ikut menurun.
Faktanya,
di satu sisi uang yang masuk ke bank meningkat akibat ketertarikan nasabah akan
bunga yang tinggi, tetapi di sisi lain bank akan sulit menyalurkan dana tersebut.
Akan ada penurunan permintaan. Fungsi penyaluran kredit menjadi kurang berjalan
(terhambat). Padahal kalau dilihat fungsi bank itu menyalurkan kredit dari dana
yang ditempatkan di bank tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar